Jumat, 21 Juni 2013

Kamu mampu menyadarkan aku


Dia, orang yang sudah aku sakiti mampu merubah pola pikirku, mampu merubahku, dan telah mengajarkan aku arti cinta dan kehidupan ..

***
Aku sedang melamun di meja kerjaku, kebetulan sekali hari ini tidak ada tugas untukku. Memang ini sepantasnya aku dapatkan karena kemarin aku lembur hingga malam hari, dan seharusnya aku masih tidur sekarang ini. Tiba-tiba saja handphoneku berdering yang seketika mengejutkan aku. Sebuah bbm dari orang yang aku sayangi dulu, ya ini bbm dari mantan kekasihku.

“Siang za, masih ngantuk ya gara-gara ngerjain tugas semalem?
Udah makan siang belom? Bareng yuk aku di lobi nih”

Aku melihat jam tanganku, benar saja ini sudah pukul 13.00 aku sama sekali tidak lapar, yang aku inginkan sekarang hanya tidur.

“Iya nih, masih ngantuk banget ki.
Gak deh, kamu aja males makan gua
Salam aja sama abang kantinnya yah haha”

“oh yaudah za, gua duluan ya. Ntar lo sakit bukan salah gua lagi lo”

“iyaa bawel ah”

mantan kekasihku itu memang satu kantor denganku, aku putus dengannya sudah sekitar 3 tahun yang lalu, hanya karena kami sibuk dengan urusan masing-masing, ahh tidak bukan karena itu, kami putus karena aku …. Aku ketahuan selingkuh.

***
aki ingat ketika aku masih berstatuskan sebagai mahasiswa, aku adalah manusia terjahat yang pernah ada, mungkin aku satu-satunya makhluk yang tidak punya hati saat itu. Rekor terbesarku ialah memacari 7 wanita sekaligus, dan aku bangga akan itu, dulu. Nova, dinda, intan, devi, evi, kiki, dan masih banyak lagi adalah sederet wanita yang berhasil aku tipu, aku tipu dengan perasaan palsuku. Yang aku tahu dulu, jika mempunyai banyak wanita menunjukkan sosok laki-lakiku, menunjukkan kalau aku benar seorang yang di cintai, dan aku memang seharusnya layak untuk di cintai banyak wanita. Aku tampan, otakku lumayan, dan aku berasal dari keluarga yang cukup mapan, lantas apa alasan wanita tidak mau menerima cintaku? Atau lebih tepatnya cinta palsuku. Aku tidak pernah berpacaran lebih dari 6 bulan, terakhir aku berpacaran dengan kiki kurang lebih 3 bulan, kiki adalah mantan terbaikku sampai saat ini. Hanya dia mantan yang sampai saat ini masih berhubungan baik denganku, ia masih sering memperhatikanku, masih sering mengingatkanku untuk makan, atau yang lainnya, dia juga sering menemaniku mengerjakan tugas atau sekedar minum kopi bersama. Dan aku pikir kiki masih mencintaiku, tapi yang tidak aku mengerti mengapa dia masih sudi mengenalku? Laki-laki yang jelas sudah mengkhianatinya 3 tahun yang lalu. Parahnya aku mengkhianatinya dengan Nova, sahabatnya sendiri. Setelah aku pikir-pikir memang aku keterlaluan, aku datang di kehidupannya hanya untuk menghancurkan persahabatan dan tentu saja menyakiti hatinya. Tak hanya sekedar sering mempermainkan perasaan wanita, aku juga terkenal nakal di kampus, bukan sekali dua kali aku di panggil dekan karena aku berbuat ulah, aku sering sekali bolos kuliah hanya untuk nongkrong-nongkrong tidak jelas bersama teman-temanku. Entah mengapa aku begitu menjijikan dulu. Aku hampir tidak menghargai hidupku sendiri.

***
di suatu pagi, melihat kiki sedang lari pagi di seputaran kompleks. Tentu saja aku mendekatinya, dan Karena aku tahu dia pasti sengaja lewat depan rumahku untuk bertemu denganku.

“hei, ki.”
“eh elu za.”
“tumben ki, lari pagi.”
“iya nih, udah gendut gini, mau jadi apa nanti kalo gak olahraga.”
“segini gendut? Berat badan kamu brp sih ki?”
“45 za, biasaya 43.”
“ampun deh, cewek cuma 2 kilo doang ribet.”
“haha kamu sih gak ngerti za, cewek beda sama cowok.”
“iya beda la ki, masa iya cowok cewek sama.”
“eh za, pacar lu sekarang berapa?”
“hah? Gua lagi jomblo nih, kenapa? Mau balikan? Hayooo.”
“balikan sama kamu? Haha.”
“lo kenapa?”
“aku pulang dulu ya za, udah siang laper.”

Entah kenapa, kali ini kiki tidak menjawab pertanyaanku tentang itu, aku tahu kiki masih mengharapkan aku, aku tahu rasa sayang kiki masih ada untukku, dan aku sangat tahu itu. Tidak mungkin dia masih mau memperhatikan aku jika ia sudah benar-benar tak ada rasa padaku,  ah sudalah mungkin dia tidak mendengar perkataanku tadi.

***
Belakangan ini kiki sangat jarang mengajakku makan siang, biasanya dia selalu memaksaku untuk makan siang bersamanya. Ini sudah pukul 13.45 dan handphoneku sepi, beberapa kali aku menatap layar handphoneku itu, tidak ada sesuatu disana. Tanpa kusadari aku menantikan telpon dari kiki. Aku menunggunya memaksaku makan siang bersamanya, dan entah mengapa sekarang dia tidak menelponku, mungkin dia juga tidak makan siang, aku akan keruang kerjanya saja siapa tahu saja dia menyiapkan makan siang untukku dari rumah seperti waktu itu. Aku sedikit kecewa melihat ruangan itu kosong, sepertinya kiki pergi makan siang dengan teman-temannya. Tak lama, kiki masuk ke ruangannya dengan wajah berseri-seri.

“eh, ki gua benci sama lo. Apa-apaan makan siang nggak ngajak gue, lo udah punya pacar ya? Sialan tuh pacar lo.”
“pacar? Ah tidak, aku makan siang bersama teman-temanku. Lagi pula bukannya kamu selalu marah jika aku paksa untuk makan siang bersamaku.”
Aku hanya terdiam, benar saja aku selalu marah padanya jika ia mengajakku makan siang.

“ah, itu alesan kamu doang kan? Kamu udah punya pacar kan? Kamu udah ak butuh gua lagi kan?”
“kalo gue punya pacar emang kenapa za? Gak boleh?”
“bukannya gitu …”
“kamu gak ada hak dong buat ngelarang aku, kita kan cuma temen.”
Apa yang di katakan kiki memang benar, aku dan dia hanya teman, tak lebih dari itu. Kebetulan saja dulu kami pernah bersama dan kembali bertemu di tempat kerja ini. Aku tidak ada hak. Setelah perubahan sikap kiki padaku, aku selalu merasa uring-uringan di kantor, rasanya aku tidak mau lagi bertemu dengannya. Ada apa dengan diriku? Mengapa aku tidak suka jika kiki mungkin saja sudah punya pacar? Aku bukan siapa-siapanya. Lagi pula aku tidak peduli. Tidakkk, aku masih peduli padanya, aku masih menyayanginya. Aku baru menyadari itu semua. Dan aku memutuskan untuk menumuinya seusai jam kantor. Aku menelpon kiki berkali-kali, namun tidak ada jawaban sama sekali, biasanya kiki selalu mengangkat telpon pertamaku, tapi ini sudah yang ke tujuh kali. Itukan biasanya L tidak aku tidak boleh menyerah, aku harus mengatakan perasaanku pada kiki, harus. Aku tidak mau jika dia punya penggantiku, aku tidak akan rela.

“kok baru di angkat sih ki? Darimana aja?”
“eh iya maaf za, tadi di toilet handphone di ruangan, kenapa?”
“pulang ini kamu ada acara?”
“enggak sih, tapi gue mau langsung pulang nih capek. Besok mau ada metting, jam 6 pula.”
“enggak, gak boleh pulang. Temenin aku ngopi dulu, aku mohon.”
“kamu memohon za?”
“iya, mau ya?”
“yaudah, yuk pulang udah sore ntar kemaleman lagi, kamu kan gak bisa kena angina malem.”
Sekali lagi wanita yang sudah jelas-jelas ku sakiti ini mengingatkan aku, betapa perhatiannya dia padaku.

“kamu kenapa berubah?”
“berubah apanya?”
“sikap kamu ke aku, nyebelin tau.”
“hah? Emang kamu peduli za?”
“aku gak tau ini rasa sayang atau bukan, yang jelas aku butuh kamu ki, aku butuh kamu buat ngebawelin aku, aku kehilangan kamu beberapa hari ini, karena kamu gak merhatiin aku lagi, kamu kemana?”
“aku mencoba menjauh za dari kamu, aku udah capek….”
Seketika airmata kiki turun dengan perlahan ..

“aku udah capek nungguin kamu, udah capek merhatiin kamu, cepek bawelin kamu, karena apa? Karena kamu gak pernah za peduliin aku, aku capek, sakit za, sakit banget.”
“aku tahu aku salah, aku gak peka sama kamu, aku minta maaf ya.”
“maaf? Terlamabat za terlambat 3 tahun, kemana kata maaf kamu dulu? Kemana hati kamu saat kamu selingkuh dengan sahabat aku sendiri? Aku gak akan pernah lupain itu za, gak akan.”
“aku mohon ki, jangan buat aku hancur.”
“jangan bilang hancur di depan gua, kamu gak taukan hancurnya aku dulu gimana? Aku sayang banget za sama kamu. Kamu pergi gitu aja, kamu gak minta maaf kamu gak pernah berusaha buat ngejelasin sesuatu.”
“aku tau ki, aku bodoh, kamu udah nyadarin aku, lihat sekarang kamu udah berhasil buat aku berubah buat aku jadi seorang karyawan kantor yang sukses, jauh lebih sukses dari pada kamu. Aku berterima kasih sekali sama kamu, kamu segalanya ki. Aku mohon ki kembali ya sama aku.”
“kembali?”
“iya ki, aku ingin kita pacaran lagi.”
“kita kembali lagi? Buat apa? Buat nyakitin aku lagi?”
“sumpah ki, gak bakal lagi, sumpah.”
“buat apa kita balikan, kita gak pernah putus kamu gak pernah ngucapin kalimat putus ke aku za.”
Aku langsung memeluk wanita ini, wanita yang selalu mengisi hari-hariku. Tanpa aku sadari, dia telah mengubah sosokku menjadi seorang laki-laki, aku sudah mengerti betapa kita harus menghargai sesuatu yang sudah kita punya. Karena apa? Karena kita akan merasa sangat kehilangan apabila dia sudah pergi. Dan aku tahu hidup kita tidak akan pernah puas, kalau kita tidak pernah bersyukur. Terima kasih kiki J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RUU KUHP (?)

         Selamat malam, perkenalkan saya Haqkida Kancana. Belakangan ini begitu banyak aksi menolak disahkan RUU KUHP (Kitab Und...