Rabu, 26 Juni 2013

Aku masih berdiri di sini, merindukanmu ..


Aku bodoh, aku menanti seseorang yang entah peduli atau tidak denganku. Tetapi, dimana pun kamu berada percayalah, aku akan selalu merindukanmu.

***
Alarm belum terdengar di telingaku, tapi entah siapa yang sengaja menggangguku pagi ini. Handphoneku terus berdering dari tadi. Aku malas mengangkatnya, aku pikir itu hanya Echi, sepupuku yang sengaja mengganggu tidurku karena dia tahu semalaman aku mengerjakan tugas, dan aku sama sekali belum tidur. Karena handphone itu ngotot sekali minta di angkat, akhirnya aku mengangkat perlahan telpon yang entah siapa itu.

“halo.”
“halo kakak?”
“siapa ini?”
“amel kak.”
“oh, kenapa dek?”
“kakak lagi dimana?”
“dirumah, baru mau tidur. Kenapa?”
“jam 6 nanti mama di operasi kak, kakak bisa kesini?”
“hah?” sontak saja aku terkejut mendengar perkataan Amel, adik sepupuku itu.
“siapa yang di operasi? Sakit apa? Kenapa baru ngabarin sih.”
“mama kak, kista udah 3 cm. kakak kesini ya? Amel takut kak…..” lalu terdengar suara tangisan adik sepupuku itu.
“iya, kakak prepare dulu ya. Di rawat dimana mama?”
“di ruang melati, kamar nomer 1b kak.”
“oh, yaudah jangan nangis gitu ah, bentar lagi kakak kesana kok.”
“iya kak, buruan.”

Bergegas aku move on dari tempat tidur yang aku tahu pasti dia sangat sedih jika aku tinggalkan sekarang, tapi yaa aku harus menyusul adikku itu kasian dia. Aku mengganti pakaian tanpa mandi lagi, karena aku tidak mau adikku itu ketakutan, aku sudah tahu bagaimana perasaan menunggu di luar ruangan operasi. Aku memanggil kakak-kakakku, tapi mereka tidak ada dan aku rasa rumah ini sudah kosong, keterlaluan sekali tidak ada yang mengajakku. Aku langsung saja tancap gas ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit aku langsung belari berhambur menuju ruang operasi. Aku tidak menemukan amel disana. Mungkin operasinya sudah selesai, dan mereka sudah berkumpul di ruangan tempat dimana mama di rawat.

***
Aku berjalan di lorong rumah sakit yang sepertinya tidak asing lagi bagiku, aku sepertinya sudah sering berada di sini. Tapi yang aku tak ingat kapan aku berada di sini, sepertinya aku sudah berusaha keras melupakan tempat ini. #JLEBBBB ruangan di depan mataku itu mengingatkan aku semuanya, atmosfer sontak berubah seperti beberapa waktu yang lalu. Otakku dengan cepat menayangkan film lengkap di memoriku yang rasanya dulu sudah pernah aku coba hapus. Ahh sial, aku belum menghapusnya. Aku lupa menekan tombol “ok” untuk setuju menghapusnya. Aku bodoh. Aku kembali lagi ke tempat ini, dengan suasana ini, dengan semua orang ini lagi. Aku mencoba menganggap pertemuan beberapa lalu itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tapi maaf aku tidak bisa, memoriku terus memutar semua kenangan indah yang kau ciptakan dengan instan namun berkesan. Sungguh, di telingaku masih berbisik suara lembutmu, di mataku masih terekam senyuman manismu, aku masih terbayang teduhnya hatiku jika melihat wajahmu, aku masih mengingat  dengan jelas panggilan sayang yang dulu kau ucapkan untukku. Aku tidak pernah mau menjadi orang munafik, sungguh aku merindukanmu.

***
Aku hampir melupakan tujuanku kerumah sakit ini, amel dimana sekarang. Aku segera berlari menuju ruangan melati, syukurlah di sana sudah ada mama dan amel yang baik-baik saja.

“kakak dari mana saja?”
“ah, kakak lupa ruangannya disini, tadi nanya-nanya bentar sama perawatnya.”
“oh, kirain kakak gak jadi kesini.”
“maaf ya  dek?”
“iya kak, gakpapa kok.”
“gimana ma? Udah mendingan?”
“ini lo kak, kok terasa sakit, ngilu, nyeri gitu ya.”
“mungkin efek biusnya udah habis kali ma, ntar aku tanyain ada injeksi gak buat mama.”
“kata susternya tadi jam 4 kak ada injeksi.”
“oh, yaudah ma, bentar lagi ini.”

Tiba-tiba satpam masuk keruangan dan memintaku untuk keluar karena jam besuk sudah habis. Sekitar 1 jam lagi baru boleh masuk kembali. Aku menunggu di luar, duduk di belakang suami istri yang kelihatan begitu harmonis. Sebenarnya agak ilfil juga melihat suami istri yang kasmaran seperti ini.

“hey, ki ngapain di sini? Nyariin pacarmu ya?” kak ziah datang mengagetkanku.
“hah? Pacar? Enggaklah kak, kiki lgi nungguin mama kiki habis operasi tadi.”
“haha iya deh percaya, masuk keruangan kakak aja yuk, ngapain di sini.”

Aku berdiri persis dimana dulu aku sering bertukar cerita dengannya. Yaa aku masih membicarakan seseorang yang secara tidak sengaja mempertemukan kami persis di di ruangan ini, sapaannya yang begitu hangat, serta cendaannya yang begitu melekat membuatku semakin teringat. 2 bulan aku menjalani komunikasi yang cukup akrab dengannya, ia selalu menelponku saat istirahat makan siang tau malam sebelum kami tertidur. Tapi ia menghilang begitu saja bagai di telan bumi. Ia tak pernah menghubungiku lagi, bukannya aku tidak mau menghubunginya aku sudah pernah mencoba dan yang aku dapatkan nomer handphonenya sudah tidak aktif lagi. Aku mungkin hanya korban dari harapan palsunya, namun aku tetap menikmati harapan palsu yang dia berikan untukku. Meskipun panggilan sayang untukku dulu itu hanya berpura-pura, tapi aku mohon kembalilah berpura-pura menyayangiku sampai pada akhirnya kau lupa jika kau sedang berpura-pura. Entah sekarang dimana jwamu berada, aku masih menitipkan setengah hatiku padamu. Terima kasih telah hadir di hidupku, terima kasih untuk rasa sakit itu. Aku merindukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RUU KUHP (?)

         Selamat malam, perkenalkan saya Haqkida Kancana. Belakangan ini begitu banyak aksi menolak disahkan RUU KUHP (Kitab Und...