Rabu, 29 Juni 2016

Jarak

Jarak 

Yang selalu berperan memberi rasa sesak
Rasa yang akupun tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan

Berontak?
Sudah pernah aku coba, tapi jarak selalu memberiku kekuatan untuk sedikit lebih kuat

Menolak?
Entah sudah tak terhitung lagi jumlahnya
Tapi aku selalu kembali untuk memperjuangkannya sekali lagi
Selalu begitu

Dan terkadang aku marah,
Aku marah karena semua yang berjalan tak sesuai dengan apa yang sudah aku harapkan

Aku selalu bertanya-tanya, mengapa? Mengapa jarak begitu betah di antara orang-orang yang sebetulnya saling merindukan

Sempat terpikir olehku apakah jarak benar-benar jahat?
Bukan lagi sempat, aku sering berpikiran demikian. Aku selalu menuduh semua rasa sesak kerinduan ini disebabkan jarak.
Sepenuhnya, seutuhnya aku salahkan jarak.

Dan ketika aku sudah lelah, bahwa jauh beratus-ratus kilometer di hadapanku
Ada seseorang yang selalu percaya.
Ya, percaya bahwa aku mampu bersahabat dengan jarak.

Bersahabat?
Haruskah aku bersahabat dengan hal yang sering menjadi alasanku menjatuhkan airmata
Hal yang kurasa paling sering menyakitiku

Pertanyaanku, bukankah harus ada jarak agar kita bisa saling melihat?

IYA, itu jawabannya.

Jarak tidaklah jahat. Karena ratusan kilometer ini lah aku mampu merindukanmu setiap waktu.

Dan ketika rindu yang begitu pekat semakin hari semakin hebat
Ketika niat sudah bulat untuk menyingkirkan sekat-sekat
Namun harus dicegat karena perbincangan ini masih terdengar hangat meski kadang hanya sesaat
Selamat malam, dan selamat beristirahat untuk kamu yang selalu menghilangkan penat.



Pulanglah, aku menunggumu.

Pulanglah, aku merindukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RUU KUHP (?)

         Selamat malam, perkenalkan saya Haqkida Kancana. Belakangan ini begitu banyak aksi menolak disahkan RUU KUHP (Kitab Und...