Jumat, 11 April 2014

Mimpi indah

Pernah merasa jika Tuhan tidak adil? seolah-olah kamu adalah orang yang paling tidak di inginkan? Masalah hidupmu begitu besar tanpa seorang pun yang mempedulikanmu? Saat kamu butuh sekali dukungan dari orang lain, malah kamu ditinggalkan? Pernah merasakan itu? 

***
Aku seorang gadis bernama Manda. Entah apa yang mengutukku turun ke dunia Tuhan yang begitu indah ini. Dunia memang indah tapi tidak untukku. Orang-orang memang terlihat bersahabat tapi tidak untukku. Saat semua teman sebayaku sibuk dengan rencana hebat untuk melanjutkan kuliah ke perguruan dan jurusan impian mereka dengan bangga, aku hanya bisa mendengarkan. Aku sungguh tidak berani untuk memulai sebuah kalimat yang menjelaskan tentang impian gilaku itu. Mengapa aku menyebutnya gila? Karena menurutku impian itu hanya milik orang-orang yang beruntung seperti mereka, yaa untuk mereka yang mempunyai nominal yang tidak pas-pasan sepertiku haha nasibku sungguh menyedihkan. Jujur saja aku sungguh menikmati detik-detik terakhir masa putih abu-abuku ini, mungkin ini adalah masa terakhir aku bisa berjalan sesuai arah mimpiku, aku tidak bisa dan tidak berani membayangkan kelanjutannya. Aku takut.

***
Kebetulan sekali aku dilahirkan sebagai anak kedua di keluarga yang "cukup", setidaknya kami tidak pernah kelaparan berhari-hari haha tidak .. nasibku tidak sesial itu. Aku masih bisa makan dan bersekolah. Walaupun aku hanya bersekolah di sekolah dengan program pemerintah yang meringankan biaya untuk orang-orang sepertiku. Untuk anak yang tidak mampu. Tidak mampu dibandingkan teman-teman yang satu sekolah denganku. Aku memang tidak terlahir jenius seperti Bapak B.J Habibie, tapi untunglah aku masih bisa meraih peringkat 5, setidaknya aku tidak membuat malu kedua orang tuaku saat mengambil rapotku setiap semester. Ayahku bekerja disebuah kantor kelurahan, tidak bukan seperti yang kalian duga, ayahku bukan seorang pegawai tetap disana, ayah hanya tukang bersih-bersih, walau hanya sekedar menyapu, mengepel, dan membuatkan minum pegawai disana tapi ayahku lulusan sarjana hukum, aku bangga padanya. Ibuku bukan seorang ibu rumah tangga, kebetulan Tuhan sedang berbaik hati dengan keluarga kami, 3 bulan yang lalu ibuku diterima disebuah perusahaan swasta sebagai pegawai kontrak. Jangan remehkan ibuku, beliau juga lulusan sarjana managemen di universitas negeri pula. Aku mempunyai seorang kakak, dia sekarang sedang kuliah mengambil gelar master dengan beasiswa. Kakak adalah kebanggaan ayah dan ibuku. Sedangkan aku? haha sudahlah ...

***
Aku sadar, semua anggota keluargaku sudah berhasil menyelesaikan gelar sarjana, jangan libatkan kakaku disini, nasibnya turun kedunia ini begitu baik. Tak hanya mendapat beasiswa, selesai dari S2 dia akan langsung diterima diperusahaan ternama. Aku dengan otak pas-pasan, dan dengan nominal pas-pasan ini bermimpi suatu saat akan menggunakan gelar dr (baca:dokter) di depan namaku. Semua sudah ku rencanakan dengan indah sejak dari kecil. Namun semua itu lenyap begitu saja saat Ibuku meninggal dunia. Dengan gaji ayah yang hanya cukup untuk makan, begitu mustahil jika aku ingin kuliah dengan biaya yang sangat mahal itu. Terakhir aku dengar kakakku ingin berhenti kuliah dan bekerja untuk membantu ekonomi keluarga yang sedang carut marut begini. Aku tidak mungkin membiarkannya, tinggal selangkah lagi dan mimpi kakakku akan tercapai. Tentu ia akan sangat bahagia. Bagaimana dengan mimpiku? sepertinya aku menyerah.

***

Waktu berjalan begitu cepat, ini adalah hari kelulusan. Syukurlah aku lulus. Aku terdiam didepan jendela kamarku, sungguh aku tidak tahu akan kemana aku setelah pengumuman ini. Aku kuliah? Darimana biayanya. Aku bekerja? Bisa apa aku, aku tidak mempunyai kemampuan istimewa yang bisa aku andalkan. Lamunanku terhenti ayah masuk.

"Manda, selamat ya nak untuk kelulusannya."
"Iya yah."
"Nanti mau kuliah jurusan apa?"
"Aku boleh kuliah?"
"Tenang, ayah baru mendapat pinjaman. Kalau untuk biaya kuliahmu cukuplah. Mau ambil jurusan apa kamu?"
"Aku sedang tidak ingin membicarakan ini."
"Ingin menjadi ahli hukum seperti ayah? atau seorang ahli di bidang managemen seperti almarhumah ibumu? Atau mau seperti kakakmu?"
"Aku tidak ingin membicarakan ini ayah, sudahlah. Aku mau tidur."
"Ayah hanya ingin berusaha membuat mimpi anak-anak ayah menjadi nyata."
"Aku ingin kuliah kesehatan."
"Wah pilihan bagus itu, kamu kan dari jurusan ipa."
"Aku ingin jadi dokter."

Ayah tidak menjawab kalimat terakhir yang aku lontarkan itu, aku salah bicara? Mungkin aku menyinggung perasaan ayah.


BERSAMBUNG~

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RUU KUHP (?)

         Selamat malam, perkenalkan saya Haqkida Kancana. Belakangan ini begitu banyak aksi menolak disahkan RUU KUHP (Kitab Und...